Taklukkan Tantangan Di Era Revolusi Industri 4.0 Bersama STTS (Sekolah Tinggi Teknik Surabaya)

Anda tentu pernah mendengar berita tentang revolusi industri 4.0, bukan? Sudahkah Anda mengetahui apa sebenarnya revolusi industri 4.0? Apa saja tantangan yang akan Anda hadapi? Bagaimana cara untuk menaklukkan tantangan tersebut? Industri 4.0 adalah penggabungan antara teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Cara menghadapi revolusi industri 4.0 sangat sederhana, yaitu membidik fokus implementasi industri 4.0 di Indonesia. Pasalnya, industri 4.0 erat kaitannya dengan elektronik. Dengan meningkatkan kemampuan Anda dalam bidang Teknik Elektro, secara tidak langsung Anda telah meminimalisasi risiko dan memperbesar peluang kesuksesan.

Jauh sebelum revolusi Indsustri 4.0 muncul, prodi Teknik Elektro STTS telah mengantisipasinya. Mahasiswa dibekali pengetahuan tentang Teknik Elektro (hard skill) dan yang tidak boleh dilupakan yaitu soft skill. Salah satu diantaranya adalah disediakannya pelajaran bahasa Inggris selama 4 semester dimulai pada semester 2 di luar mata kuliah Bahasa Inggris yang resmi/formal. Pembelajaran ini dikenal sebagai ECC (English Conversation Class), digagas oleh Ketua Yayasan pelindung STTS sekitar 11 tahun setelah lahirnya prodi Teknik Elektro tahun 1979, yaitu pada tahun 1990. Kelas ini diasuh oleh dosen-dosen Bahasa Inggris yang professional dibawah binaan dosen Teknik Elektro Agus Gunawan yang merupakan alumni US University of Miami. Selain ECC, mahasiswa juga diwajibkan untuk menyajikan Tugas Akhirnya dalam dua bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Ini adalah salah satu di antara sekian banyak keunggulan prodi Teknik Elektro STTS.

Sejak awal berdirinya Prodi Elektro STTS mata kuliah Mikroprosesor sudah menjadi ciri dan kekuatan Prodi Teknik Elektro  STTS. Mikroprosesor merupakan otak bagi otomasi industri, dan juga IoT.  Mata kuliah ini diasuh oleh Budhy Sutanto yang merupakan pakar mikroprosesor. Mulai dari mikrokontroler  6502 dan Z-80, Arduino (ATMega) hingga mini PC (Raspberry Pi) dikuasai dengan baik oleh beliau dan ilmunya telah diturunkan ke alumni yang sekarang  Hal ini memberi dampak positif bagi alumni yang berkarir di bidang otomasi industri baik di dalam maupun di luar negeri. Kepala Laboratorium Otomasi Industri Judi Prajetno mengatakan bahwa Laboratorium Otomasi Industri dilengkapi dengan berbagai tipe PLC  (Programable Logic Controller) yang dipakai sebagai pengendali utama mesin agar bekerja secara otomatis, seperti pengendalian pemindahan barang dengan conveyor, batch mixing, elevator dan lain-lain. Sedangkan untuk mendukung kepentingan pengendalian yang lebih luas di dalam pabrik (misalnya, pengendalian kualitas, dan analisa trend), laboratorium ini dilengkapi dengan software Wonderware Intouch sebagai pendukung dalam sistem SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition). Selain itu tersedia pula hardware maupun software yang sangat membantu mahasiswa agar nantinya mudah beradapatasi di dunia industri sebenarnya.

Mikrokontroler juga merupakan salah satu komponen utama dalam sistem IoT (Internet of Things) yang sedang ngetrend saat ini. “Sejak semester satu mahasiswa kami telah dikenalkan dengan pemrograman serta berbagai macam sensor sehingga pada semester akhir mahasiswa kami tidak mendapatkan kendala dalam pembuatan perangkat cerdas (smart device) yang berbasis IoT ataupun tidak,” terang Andri Suhartono salah satu dosen yang spesialisasinya pada pemrograman peralatan elektronik. Saat ini Andri sedang melakukan penelitian yang berhubungan dengan UAV (drone).

Mengingat saat ini energi listrik sudah merupakan kebutuhan primer dan sumbernya harus dipertahankan agar tidak musnah, maka prodi Teknik Elektro STTS yang juga peduli terhadap ketersediaan sumber energi menggalakkan penggunaan energi terbarukan, baik itu dalam bentuk tenaga matahari, tenaga angin ataupun yang lainnya. “Kami memiliki kepedulian terhadap semakin berkurangnya sumber energi alam dan melakukan banyak penelitian tentang penggunaan sumber energi terbarukan”, kata Hari Sutiksno dosen yang spesialisasinya adalah Energi Terbarukan.

S.A.T.E. Sate, wah makanan khas indonesia yang juga merupakan makanan kesukaan mahasiswa program studi Teknik Elektro STTS. SATE (singkatan dari Serba Automatik bersama Teknik Elektro) adalah kegiatan Himpunan Mahasiswa bersama dosen Teknik Elektro dalam program pengabdian masyarakat untuk siswa dan guru SMA dan SMK dengan tujuan membangun pengetahuan tentang dunia elektro. Kegiatan ini diselenggarakan dalam bentuk workshop dan telah dilangsungkan sejak tahun 2016 setahun minimal sekali. Materi yang diberikan antara lain pemrograman yang dibenamkan ke dalam mikroprosesor, pemrograman android untuk proses pengendalian peralatan, pemakaian software audio untuk editing musik, pemakaian software untuk pengendalian pabrik – yang dikenal sebagai PLC (Programmable Logic Control), pembuatan sistem kendali, aplikasi matematika dalam software MatLAB, pemakaian program simulasi untuk pembuatan Layout PCB. “Umpan balik dari siswa SMK mengenai program ini sangat baik, sehingga kadang-kadang kami menyelenggarakannya dua kali dalam setahun,” kata Setya.

Di samping kegiatan kampus, mahasiswa juga ditawari untuk berkarya bersama dosen dalam pengerjaan proyek yang diterima oleh dosen elektro STTS, seperti pembuatan sistem rumah pintar (smart home system), rekonstruksi ulang sistem otomasi pabrik, pembuatan jam digital berbasis internet, membuat kendali robot industri dan proyek lainnya. Dengan ikut menyelesaikan proyek tersebut, mahasiswa dapat langsung menerapkan ilmunya yang telah didapatkan di kelas dan langsung merasakan kebutuhan dunia kerja. Mahasiswa yang terlibat proyek juga akan memperoleh penghasilan ekstra yang besarnya beragam sesuai dengan besar partisipasi mahasiswa tersebut. Selanjutnya proyek-proyek ini juga sebagai latihan untuk berwirausaha, semacam inkubator sebelum mahasiswa lulus dan menjadi “technopreneur”. Tak hanya itu, lulusan Teknik Elektro dapat menjadi tenaga pendidik, peluang kerja di BUMN lebih besar, kemungkinan bekerja di sektor swasta, menjadi entrepreneur, peluang menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) lebih terbuka lebar. Keuntungan lain, Lulusan Teknik Elektro bisa mendapatkan gaji besar, meningkatkan kreativitas, dan mampu bersaing di Era Industri 4.0.

“Wah belajar Teknik Elektro itu sulit” merupakan paradigma yang terpatri di benak siswa SMA/SMK. Itu dulu. “Di tempat kami (prodi Teknik Elektro STTS),  diterapkan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (Student Centered Learning)”, kata Francisca Chandra, Kaprodi Teknik Elektro STTS yang juga menekuni dan mengeksplorasi berbagai teknologi untuk membantu keberhasilan pembelajaran.  “Sejak tahun 2012 pembelajaran Fisika dan Rangkaian Listrik menggunakan metode “Flipped Classroom”. Metode ini memanfaatkan TIK dalam bentuk video untuk pembelajaran dan “memaksa” mahasiswa agar kreatif, berpikir kritis, berkomuniasi, dan berkolaborasi yang merupakan 21st Century Learning Design yaitu 4 C’s (creativity, citical thinking, communication and collaboration). Dengan demikian mahasiswa Prodi Elektro STTS telah siap untuk menghadapi  industri 4.0. Kami juga menerapkan sistem project-oriented engineering dalam kelas-kelas yang mengajarkan desain. Disini mahasiswa dilatih mendesain perangkat elektronik, tidak harus dalam bentuk hardware, melainkan dengan menggunakan program simulasi, untuk melatih daya cipta dan kreativitas mereka.”

Keunggulan Prodi Teknik Elektro STTS

  1. Kemampuan alumni mendesain perangkat pintar yang dibutuhkan dalam dunia industri dan IoT.
  2. Kemampuan alumni mencipta sebagai technopreneur dengan menggunakan modul-modul diskrit menjadi perangkat praktis yang dibutuhkan masyarakat.
  3. Kemampuan alumni mengelola sumber daya terbarukan untuk mensuplai kebutuhan energi listrik masyarakat.
  4. Kemampuan alumni berkomunikasi dalam bahasa Inggris sebagai bekal “go international” bagi yang memilih menjadi technopeneur.
  5. Metode pembelajaran yang menarik sehingga meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.